Press Release Setan Jalanan & Sabit Liar
Press Release Setan Jalanan & Sabit Liar sudah bisa kamu baca di website FranKKomiK : http://www.frankkomik.com/news/press-release-setan-jalanan-sabit-liar.html
Press Release Setan Jalanan & Sabit Liar sudah bisa kamu baca di website FranKKomiK : http://www.frankkomik.com/news/press-release-setan-jalanan-sabit-liar.html
Komik Setan Jalanan dan Sabit Liar karya Ajon Purwo Hangggoro kini sudah semakin dekat menuju masa rilisnya.
Info seputar komik ini bisa kamu baca di tautan ini : http://www.frankkomik.com/news/yuk-berkolaborasi-wujudkan-rilisnya-setan-jalanan-dan-sabit-liar.html
Guys, FranKKomiK sebagai Pilar Musik Clash Of Pop dengan bangga mengumumkan penampilan The Adams di panggung utama Popcon Asia 2018, bersanding dengan White Shoes & The Couples Company (WSATCC) dan The Goodnight Electric.
Info selengkapnya : http://www.frankkomik.com/news/tiga-band-terkonfirmasi-tampil-di-panggung-popcon-asia-2018.html
Akhirnya sempat juga mampir ke acara yang penting bagi bro Mice Misrad. Seorang kawan lama, mentor (karena dulu dia juga asisten dosen yang ngajar gue di IKJ), dan rekan kerja saat ini.
“Begini seharusnya pameran kartun diadakan,” mungkin itu kalimat yang tepat untuk ekspresi batin gue saat berkunjung kemarin ke Galeri Nasional Indonesia, di seberang Stasiun Gambir, Jakarta. Atmosfir asiknya tulus. Nggak terasa dibuat-buat. Seadanya, tapi itulah yang bikin jadi keren.
Ide menampilkan tata pamer ruang kerja Mice, juga ruang interaktif, oke sih. Thumbs up untuk Mice, juga Leo Tigor & team, atas upaya mewujudkan acara ini.
Guys, pameran Indonesia Senyum: 20 Tahun Mice Berkarya berlangsung sampai 4 Agustus 2018. Gue jamin, elo keluar dari ruang pamer pun akan penuh dengan senyum.
Melalui akun medsosnya, Franki “Pepeng” Indrasmoro mengumumkan judul komik terbaru Setan Jalanan yang ditulis dan digambar oleh Ajon Purwo Hanggoro. Setan Jalanan dan Sabit Liar, demikian judulnya.
Informasi selengkapnya bisa dilihat pada : http://www.frankkomik.com/news/dikonfirmasi-judul-komik-terbaru-setan-jalanan-dan-rencana-peluncurannya.html
Jadi, saat ini ada 2 proyek komik Setan Jalanan yang sedang dalam proses pembuatan.
Yang pertama adalah komik cerita lepas Setan Jalanan yang digambar oleh Ajon Purwo Hanggoro. Untuk naskahnya pun ditulis oleh Ajon, berkolaborasi bersama saya.
Yang kedua adalah perilisan ulang komik trilogi Setan Jalanan yang pernah diterbitkan oleh Cendana Art Media tahun 2013-2016 lalu. Rilis di mana dan kapan tepatnya, akan kami kabarkan lagi.
Lantas, bagaimana dengan lanjutan trilogi komik Setan Jalanan? Akankah ada kelanjutannya? Insya Allah ada. Tetap ikuti beritanya, guys.
Berikut adalah bocoran gambar komik Setan Jalanan hasil goresan Ajon dengan gaya illustrasi jadulnya yang khas.
Salam, guys. Gimana kabar kamu semua? Masik suka baca komik?
Pergeliatan komik Indonesia saat ini semakin bergairah, seiring dengan berkembang pesatnya platform digital di negara kita. Sebutlah LINE Webtoon yang sudah berjuang sejak 2014 silam, lalu ada Comico Indonesia yang terbilang baru, dan terakhir CIAYO Comics – yang kini sedang gencar mempromosikan komik-komik digital asli Indonesia. Ini adalah sebuah pertanda baik masa depan industri komik kita, yang diharapkan dapat menaikkan kesejahteraan seniman komiknya, baik itu penulis, kreator, maupun illustrator komik.
Lantas, bagaimana dengan industri komik cetak di Indonesia? Masih naik-turun, memang. Tapi belum bisa dibilang memprihatinkan. Masih banyak penggemar komik kita yang suka mengkoleksi buku. Semua kembali lagi ke konten, apakah komik kita cukup bisa meyakinkan mereka agar mau membelinya, atau tidak. Selaku produser komik Indonesia, FranKKomiK sangat mendukung pergerakan komik Indonesia, baik itu digital maupun cetak. Walau terbilang masih baru dan belum menghasilkan banyak judul, FranKKomiK akan selalu berusaha turut memajukan komik Indonesia, dimulai dari membenahi sistem bisnisnya dahulu. Kami sadar bahwa industri kreatif sangat erat hubungannya dengan seniman, pemodal, sponsor, dan distributornya. Karena itulah kami sangat berhati-hati dalam menjalankan bisnis kami, agar semua pihak merasa terpuaskan.
FranKKomiK sejak berdirinya di tahun 2014 hingga kini (2018) telah menghasilkan beberapa judul, di antaranya: trilogi Setan Jalanan (terbitan Cendana Art Media, karya Franki Indrasmoro dan Haryadhi, 2014-2016), Semoga Dunia Tidak Hancur Hari Ini (terbitan indie kerjasama FranKKomiK & Numbo Comics, karya Franki Indrasmoro dan Afif Numbo, 2015), Geng Bedug (terbit indie digital di Instagram, terbit di harian Republika saat Ramadan tahun 2017-2018, dan terbit dalam format buku melalui penerbit Rekomika tahun 2017, karya Aria Baja, Franki Indrasmoro dan Doni Kudjo), dan serial komik digital Volt X Setan Jalanan di CIAYO Comics (karya kolaborasi Skylar Comics dan FranKKomiK, 2017-2018). Kami kini juga tengah mengembangkan judul komik baru kami, Terekam Tak Pernah Mati, berkolaborasi dengan Octopuss Garden, mengangkat tema perjalanan musik Indonesia dengan karakter Mice Cartoon dan Komikazer sebagai narator ceritanya. Kamu bisa mengakses komik ini di akun Instagram @terekamtakpernahmati.
Di antara beberapa judul komik di atas, kami juga menghasilkan karya kolaborasi bersama salah satu radio besar di Jakarta, Gen FM; yaitu sebuah cerita yang diangkat dari komik trilogi Setan Jalanan, judulnya Aksi Setan Jalanan. Sebuah sandiwara radio yang mempunyai istilah khusus di Gen FM: Film Di Radio (FDR). FDR Aksi Setan Jalanan (ASJ) sejauh ini adalah pencapaian terbesar FranKKomiK. Selain karena proyek ini merupakan produk turunan sebuah komik ke dalam medium yang berbeda, FDR ASJ juga dikerjakan dengan usaha yang maksimal. Dukungan penuh Aspira Premio Duo Massimo beserta para pemain film papan atas seperti Deva Mahenra (sebagai Kelana/Setan Jalanan), Shareefa Daanish (sebagai Josephine), Chelsea Islan (sebagai Tya, tokoh baru khusus FDR ASJ), dan Abimana Aryasatya (sebagai Inspektur Surya) sangat membantu karakter Setan Jalanan ngebut sampai ke permukaan, sehingga semakin dikenal publik.
Ya, FranKKomiK memperjuangkan komik Indonesia tidak hanya terbatas pada buku cetak dan komik digital saja, namun juga turut berusaha mengembangkan karakter komiknya sehingga menjadi Intelectual Property yang memiliki nilai jual tersendiri. Kamu komikus? Kamu kreator? Kamu penulis? Ayo, jangan kendor semangat! Terus maju! Komik Indonesia bergairah kembali sekarang. Kita cuma tinggal perlu membuktikan kepada publik bahwa karya komik kita patut diapresiasi lebih.
Saat ini FranKKomiK tengah mempersiapkan judul baru Setan Jalanan. Kali ini saya (Franki Indrasmoro) berkolaborasi dengan Ajon Purwo Hanggoro dalam penulisan naskah, sedangkan Ajon juga yang bertindak sebagai illustratornya.
Ajon adalah komikus asal Yogyakarta yang dikenal dengan karya indie-nya, seperti Badut Pembunuh, Rumah Van Groot, Cabuh Mataram, dan Joane. Keunikan Ajon terletak pada gaya komik Indonesia jadulnya. Kalian bisa lebih mengenal Ajon melalui akun Facebook @ajon.purwohanggoro, dan silakan lihat sendiri keunikannya yang kami maksud tadi. Tunggu perkembangan komik Setan Jalanan terbaru persembahan FranKKomiK.
Salam semangat komik Indonesia, guys!
Ditulis oleh: Franki Indrasmoro
Ada 3 kartunis/komikus/illustrator Indonesia senior yang gue kagumi. Mereka adalah: GM Sudarta (alm), Dwi Koen, dan Wedha. Beruntung, gue sempat berkenalan dengan Dwi Koen dan Wedha. Berdua, mereka gue anggap sebagai mentor gue mengembangkan diri di dunia illustrasi dan komik.
Gue dipertemukan dengan Wedha tahun 1994. Nekad, gue sok ngelamar kerja jadi illustrator di majalah HAI selepas SMA, ngirim surat lamaran via pos. Hanya berbekal portofolio gambar-gambar buat buku tahunan SMA dan sertifikat pemenang lomba menggambar komik Kobo-Chan. Siapa kira, sekitar sebulan kemudian gue mendapat panggilan langsung dari mas Wedha, dan nggak pake lama, gue pun diterima sebagai illustrator freelance di sana. Betapa girang bukan kepalang! Diterima langsung sama idola! Orang yang dikenal berhasil “menghidupkan” sosok Lupus, karakter novel remaja gaul pada masanya. Ha ha ha! Gue nggambar di HAI sampai tahun 1997.
Nah, tahun 1999 adalah saat perkenalan gue dengan om Dwi Koen. Gue “kenal” beliau sejak kecil melalui komik strip Panji Koming di harian Kompas. Sama seperti GM Sudarta dengan karakter Oom Pasikom-nya. Waktu itu gue sedang meriset bagaimana langkah yang baik dalam membuat komik, untuk tugas akhir D3 gue di Seni Rupa IKJ. Gue berencana membuat komik perjalanan musik rock Indonesia untuk tugas akhir kuliah gue itu, tapi pada saat itu gue belum mengerti benar harus memulai dari mana. Melalui kakak kelas di kampus, IchwandiarDono, yang kebetulan adalah salah satu putera si om, gue pun akhirnya bisa bertemu langsung dengan bapaknya Sawung Kampret, dan memasuki ruang kerja beliau, juga melihat langsung proses pengerjaan komik-komiknya. Kalo waktu itu udah ada medsos, pasti gue langsung update Snapgram… Ha ha ha!
Selamat beristirahat GM Sudarta. Kita memang belum berkenalan. Tapi saya sudah kenal karya-karya Anda sejak saya kecil. Terima kasih.
Untuk om Dwi Koendoro dan mas Wedha Abdul Rasyid, salam sejahtera dan sehat selalu.
Guys, secara pribadi, gue ingin ucapkan banyak terima kasih buat elo semua yang sudah mengapresiasi karya-karya gue selama ini, baik itu karya musik gue di NAIF dan RAKSASA, juga karya gue di dunia komik bersama FranKKomiK.
Tahun 2017 banyak membawa kenangan berarti bagi gue. Mengudaranya sandiwara radio Setan Jalanan yang punya nama sendiri Film Di Radio: Aksi Setan Jalanan di bulan April tahun ini, lalu diluncurkannya komik Geng Bedug juga komik digital Volt X Setan Jalanan di bulan Agustus, dan ditutup dengan peluncuran album ketujuh NAIF yang bertajuk 7 Bidadari tepat saat perayaan ulang tahun NAIF ke-22 bulan Oktober lalu; semua sangat berkesan. Dan semua gue rekam secara digital melalui hashtag #FrankYou2017 di media sosial.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah – Tuhan semesta alam – gue ucapkan, sebagai tanda terima kasih atas semua ide kreatif yang nggak kunjung habis. Semoga nggak akan pernah habis sampai gue tutup usia nanti, dan semoga bisa menjadi berkah untuk semua. Nggak cuma untuk gue dan keluarga gue aja, tapi buat kalian semua. Buat kita semua.
Gue percaya, sekecil apapun sumbangsih kita terhadap dunia yang luas ini, semua nggak akan pernah sia-sia. Karena setiap kita saling menginspirasi dan terinspirasi, untuk membuat hal yang kecil menjadi lebih besar dan lebih besar lagi. Jadi, intinya adalah: semua hal dimulai dari kita sendiri. Mulailah bergerak. Bertindak. Bukan cuma berpikir dan berencana. Jangan takut jatuh. Adanya jatuh adalah untuk bangkit. Dan apabila nanti elo udah berhasil bangkit, elo akan menemukan satu saat di mana lo akan berpikir dan merenung. Menerenung tentang segala perjalanan hidup lo. Tentang jatuh-bangun elo.
Dan bila semua udah lo jalani dan renungkan, lo akan menemukan apa yang gue temukan dalam perenungan gue. Yaitu kalimat: “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”.
Selamat Tahun Baru 2018. Semoga Tuhan selalu memberkahi kita kebaikan dan keselamatan.
Alhamdulillah, perayaan ultah ke-22 tahun sekaligus peluncuran album ke-7 album NAIF baru aja selesai kemarin (Minggu, 22.10.2017), bertepatan sama Hari H ultah NAIF.
“Those hard times are over,” kalo kata gue kemarin ke abah Emil, pembetot bass NAIF. Hard times? Hehehe, iya, hard times. Kenapa jadi hard times? Well, karena semua serba ngebut, persiapan acara ini – peluncuran album baru yang tertunda sekitar 2 tahun, demi mengejar momen ultah. Mulai dari pembagian waktu latihan dengan jadwal panggung super padatnya NAIF, jadwal promo acara di media, juga jadwal gladi resik menuju dimulainya acara. Semua hanya dilakukan selama satu minggu penuh.
NAIF bukan band yang rajin latihan di studio. Terhitung sudah lama banget kami nggak latihan. Terakhir menginjakkan kaki di studio latihan untuk NAIF itu – kalo nggak salah – sekitar tahun 2016 pas mau persiapan penampilan NAIF di Java Jazz. Hihihi…
Nah, di acara ultah dan peluncuran album yang dikasih tajuk Konser 7 Bidadari NAIF ini ceritanya gue dan bandmates gue diharuskan ngebawain semua lagu full yang ada di album ketujuh kami itu – album 7 Bidadari. Totalnya ada 10 lagu baru. Ha! Rekamannya udah jalan 2 tahun lalu, nggak pernah didengerin dan dikulik. Berarti, otomatis harus latihan dong-kan-ya?… So, jadilah kami latihan, seminggu 2 kali – satu sesi latihan 6 jam.
Secukup-cukupnya 2 sesi latihan itu, ya tetap terasa kurang cukup, sebetulnya – untuk mendekati hasil yang sempurna. Tapi ya dicukup-cukupin aja. Pas di Hari H, untungnya ada gladi resik dulu. Semua siap. Pemain band inti, ditambah musisi pengiring (chamber orchestra dari Semarang, pemain steel guitar, pemain suling dan pemain gendang dangdut) lengkap semua. Sekitar 2 jam kami gladi resik sekalian latihan tambahan. Setelah dikira-kira sudah siap, barulah gladi resik dibungkus.
Hasilnya? Tetap aja pas manggungnya kami dibayangi rasa cemas. Manggung perdana bawain lagu baru di momen khusus, full album pula. Bayangin aja deh! Hehe. Makanya gue bilang tadi di awal: hard times.
Jadi ceritanya, konsep manggungnya tuh terbagi 2 segmen; segmen pertama ngebawain 10 lagu baru yang ada di album 7 Bidadari, dan segmen kedua ngebawain sekitar 12-14 lagu pilihan dari album keenam (Planet Cinta), berjalan mundur ke album pertama.
Konsep ini diajukan salah seorang kawan lama kami, Hasief Ardiasyah, yang juga adalah salah satu jurnalis handal dari satu media ternama di Indonesia. Bung Hasief ini juga yang menyusun siaran pers album 7 Bidadari yang dimuat di situs resmi NAIF. Konsep yang Hasief ajukan itu – nggak pake lama – langsung disetujui NAIF.
Seselesainya segmen pertama, barulah selanjutnya mengalir dengan lancar, karena kebanyakan yang dibawain adalah lagu-lagu sering dibawain juga selama bertahun-tahun.
Album 7 Bidadari milik NAIF diproduseri oleh NAIF, Winjaya dan Sony Soebowo; diduplikasi dan didistribusikan secara fisik dan digital (segera) oleh Demajors. Info pembelian CD-nya bisa kamu intip melalui www.demajors.com.
Selamat menikmati 7 Bidadari NAIF, guys!