Perjalanan Panjang 7 Bidadari NAIF
Alhamdulillah, perayaan ultah ke-22 tahun sekaligus peluncuran album ke-7 album NAIF baru aja selesai kemarin (Minggu, 22.10.2017), bertepatan sama Hari H ultah NAIF.
“Those hard times are over,” kalo kata gue kemarin ke abah Emil, pembetot bass NAIF. Hard times? Hehehe, iya, hard times. Kenapa jadi hard times? Well, karena semua serba ngebut, persiapan acara ini – peluncuran album baru yang tertunda sekitar 2 tahun, demi mengejar momen ultah. Mulai dari pembagian waktu latihan dengan jadwal panggung super padatnya NAIF, jadwal promo acara di media, juga jadwal gladi resik menuju dimulainya acara. Semua hanya dilakukan selama satu minggu penuh.
NAIF bukan band yang rajin latihan di studio. Terhitung sudah lama banget kami nggak latihan. Terakhir menginjakkan kaki di studio latihan untuk NAIF itu – kalo nggak salah – sekitar tahun 2016 pas mau persiapan penampilan NAIF di Java Jazz. Hihihi…
Nah, di acara ultah dan peluncuran album yang dikasih tajuk Konser 7 Bidadari NAIF ini ceritanya gue dan bandmates gue diharuskan ngebawain semua lagu full yang ada di album ketujuh kami itu – album 7 Bidadari. Totalnya ada 10 lagu baru. Ha! Rekamannya udah jalan 2 tahun lalu, nggak pernah didengerin dan dikulik. Berarti, otomatis harus latihan dong-kan-ya?… So, jadilah kami latihan, seminggu 2 kali – satu sesi latihan 6 jam.
Secukup-cukupnya 2 sesi latihan itu, ya tetap terasa kurang cukup, sebetulnya – untuk mendekati hasil yang sempurna. Tapi ya dicukup-cukupin aja. Pas di Hari H, untungnya ada gladi resik dulu. Semua siap. Pemain band inti, ditambah musisi pengiring (chamber orchestra dari Semarang, pemain steel guitar, pemain suling dan pemain gendang dangdut) lengkap semua. Sekitar 2 jam kami gladi resik sekalian latihan tambahan. Setelah dikira-kira sudah siap, barulah gladi resik dibungkus.
Hasilnya? Tetap aja pas manggungnya kami dibayangi rasa cemas. Manggung perdana bawain lagu baru di momen khusus, full album pula. Bayangin aja deh! Hehe. Makanya gue bilang tadi di awal: hard times.
Jadi ceritanya, konsep manggungnya tuh terbagi 2 segmen; segmen pertama ngebawain 10 lagu baru yang ada di album 7 Bidadari, dan segmen kedua ngebawain sekitar 12-14 lagu pilihan dari album keenam (Planet Cinta), berjalan mundur ke album pertama.
Konsep ini diajukan salah seorang kawan lama kami, Hasief Ardiasyah, yang juga adalah salah satu jurnalis handal dari satu media ternama di Indonesia. Bung Hasief ini juga yang menyusun siaran pers album 7 Bidadari yang dimuat di situs resmi NAIF. Konsep yang Hasief ajukan itu – nggak pake lama – langsung disetujui NAIF.
Seselesainya segmen pertama, barulah selanjutnya mengalir dengan lancar, karena kebanyakan yang dibawain adalah lagu-lagu sering dibawain juga selama bertahun-tahun.
Album 7 Bidadari milik NAIF diproduseri oleh NAIF, Winjaya dan Sony Soebowo; diduplikasi dan didistribusikan secara fisik dan digital (segera) oleh Demajors. Info pembelian CD-nya bisa kamu intip melalui www.demajors.com.
Selamat menikmati 7 Bidadari NAIF, guys!