• Home
  • FrankBlog
  • FrankNews
  • Music Projects
    • Musik Franki
    • Science In Music
    • FNF
    • Raksasa
      • Raksasa Channel
    • The Time Travellers
  • FranKKomiK
    • BonBinBen
      • BonBinBen 2008
      • BonBinBen 2010
    • KomikNAIF
    • Setan Jalanan
      • Trailer Setan Jalanan
      • Original Sound Track Setan Jalanan – Raksasa
    • Geng Bedug
  • Drawings
    • INKTOBER 2014
    • INKTOBER 2017
    • Doodles
  • Galeri Franki
  • Video
  • FK.com
  • Twitter
  • Soundcloud
  • Instagram

naif

Perjalanan Seru Menuju Panggung NAIF

February 4, 2020 by franki
FrankBlog
diary franki, frankblog, naif, naifband

Perjalanan yang cukup seru, kali ini dari hotel tempat N A I F menginap sampai ke lokasi manggung kami di Bandara Husein Sastranegara, Bandung.

Bandung macet di weekend? Itu biasa. Tapi kalau ditambah dengan jarak yang cukup jauh antara hotel dengan lokasi acara, sudah pasti perhitungan waktu harus akurat. Nah, kali ini perhitungan kami agak meleset nih. Karena awalnya mau diiringi Patwal, jadi akhirnya Road Manager (Road-Man) kami memutuskan berangkat 1 jam sebelum jadwal NAIF naik panggung. Seharusnya cukup. Tapi ternyata, apa lacur? Jalanan agak lebih macet dari biasanya. Jangankan mobil, motor dan pejalan kaki pun nggak bisa melintas. Super padat! Patwal nggak sempat jemput kami, karena mereka kena macet juga. He he.

Akhirnya diputuskan keempat personil NAIF plus pemain kibor turun dari mobil, ditemani Road-Man, naik ojol. Lalu berangkatlah enam motor ojol iring-iringan, menembus lautan kendaraan, menyusup ke gang, melewati kuburan, menuju lokasi acara, yang ternyata akses masuknya pun campur antara penonton konser, pengisi acara, orang umum yang ingin memasuki bandar udara. Walah! Sehabis naik ojol, dari pintu depan bandara menuju panggung pun harus naik e-Scooter, karena jarak yang cukup jauh.

Alhasil, NAIF tampil agak terlambat. Yang seharusnya jam 16:30 kami udah jreng, jadi baru bisa mulai jam 17:15. Mohon maaf dan terima kasih semuanya yang sudah sabar menunggu NAIF.

Video dokumentasi perjalanan seru ini gue rekam sendiri secara amatir, dan gue edit sendiri ala kadarnya. Terima kasih untuk Dian Pratiwi Willyarti yang sudah bersedia ngerekam video lagu pertama NAIF di Playlist Love Festival ini.

NAIF 24 TAHUN

October 25, 2019 by adin
FrankBlog
annaifersary, diary franki, frankblog, naif, naifband

Tanggal 22 Oktober 2019 NAIF berusia 24 tahun. Siapa sangka kami bisa melangkah sejauh ini? Alhamdulillah.

Selamat 24th NAIF.
Akan sejauh mana NAIF melangkah? Bismillah. Semoga selalu berkah.

Melalui kesempatan ini, gue mau bagi beberapa kenangan foto behind the scene shooting 5 video klip dan pemotretan cover album Retropolis (2005) yang gue produseri bareng mas Baja, partner gue sekarang di FranKKomiK. Plus, video kumpulan foto NAIF dari tahun ke tahun.

Guys, album Retropolis NAIF sudah tersedia di layanan digital seperti Spotify dan lain-lain, bersama juga album Titik Cerah (2002).

Enjoy, guys!

[Show slideshow]
naif-24-tahun001
naif-24-tahun002
naif-24-tahun003
naif-24-tahun004

naif-24-tahun005
naif-24-tahun006
naif-24-tahun007
naif-24-tahun008

naif-24-tahun009
naif-24-tahun010
naif-24-tahun011
naif-24-tahun012

naif-24-tahun013
naif-24-tahun014
naif-24-tahun015
naif-24-tahun016

naif-24-tahun017
naif-24-tahun018
naif-24-tahun019
naif-24-tahun020

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Franki Indrasmoro (@franki.indrasmoro) pada 21 Okt 2019 jam 2:18 PDT

Dua Puluh Tiga Tahun NAIF

October 22, 2018 by franki
FrankBlog
annaifersary, diary franki, frankblog, naif, naifband

Dua Puluh Tiga Tahun. Untuk manusia, 23 tahun adalah usia yang masih sangat muda. Di usia segitu kita biasanya baru memasuki tahap kehidupan yang penuh tantangan. Usianya lulus kuliah, nyari lowongan pekerjaan, atau saat di mana kita merencanakan pernikahan – atau bahkan bisa jadi usia menikah. Di usia segitu biasanya sudah mulai harus bisa mengatur keuangan sendiri. Baik itu uang yang disisihkan dari orangtua, atau uang hasil keringat sendiri. Tapi untuk sebuah grup musik, usia 23 tahun bukanlah sekedar angka. Itu adalah bukti sebuah perjuangan. Perjuangan untuk hidup dan menghidupi.

NAIF tepat di tanggal 22 Oktober tahun 2018 ini sudah berusia 23 tahun. Alhamdulillah kami sudah berhasil sejauh ini untuk bermain bersama di dalam satu band. Hidup untuk menghidupi diri kami dan keluarga kami. Gue, Jarwo, David dan Emil… kami masing-masing secara pribadi 100% hidup dari penghasilan NAIF. Dari manggung adalah yang terbesar. Sisanya dari royalti yang kami dapat. Kami menabung, kami menikah dan membangun rumah tangga masing-masing, bisa memenuhi kebutuhan sandang-pangan-papan kami, dan Alhamdulillah bisa juga menghidupi “keluarga besar” kami di Manajemen NAIF & BegundalNAIF Teknisi – semua dari hasil NAIF. Kami bangga akan pencapaian ini. Pencapaian yang dihasilkan dari tenaga, cucuran keringat dan tetesan air mata. Suka dan duka.

Selamat dan turut berbahagia untuk mereka, grup musik yang sudah melewati usia yang lebih panjang, seperti God Bless, Slank, dan Dewa. Semoga NAIF bisa berusia panjang pula.

Tahun ini NAIF nggak ngerayain ultah secara spesial. Kami merasa untuk kali ini sepertinya cukup ngerayain #anNAIFersary23 di rumah masing-masing aja bersama keluarga, setelah tahun lalu kami merayakan 22 tahun NAIF sambil ngeluncurin album 7 Bidadari, disusul jadwal panggung yang super-ketat. Tapi kami mendapat hadiah yang sangat menyenangkan dari seorang kawan lama.

Hasief Ardiasyah, mantan jurnalis Rolling Stone Indonesia, adalah salah satu kawan lama NAIF yang cukup kenal kami dengan baik. Secara pribadi Hasief adalah penikmat musik dan penonton konser sejati. Kerap kali Hasief mengumpulkan setlist (daftar lagu manggung) dari si band yang ia tonton. Setlist NAIF tentunya menjadi salah satu koleksinya.

Adalah tahun 2008 waktu itu, saat NAIF merayakan ultah ke-13. Kami merayakannya 2 kali sekaligus; di GKJ (Gedung Kesenian Jakarta) dalam tajuk A Night At Schouwburg (yang direkam secara live dan dirilis dalam doble CD album di tahun 2009 kemudian), dan di Hard Rock Café Jakarta (HRC JKT). Yang paling istimewa bagi gue adalah di show kedua, yang di HRC JKT. Di konser semi tertutup itu kami menghadirkan penampilan yang benar-benar spesial. Ngebawain 21 nomor NAIF yang nggak pernah/nyaris nggak pernah dibawain di panggung. Beberapa di antaranya adalah lagu-lagu yang unrilised – hingga saat ini. Ha Ha!

Kalau elo noticed waktu tahun lalu di peluncuran album 7 Bidadari kami menyuguhkan penampilan spesial 2 babak konser (babak pertama retrospektif album pertama sampai keenam, dan babak kedua membawakan full album ketujuh), maka sesungguhnya penampilan NAIF di HRC JKT tahun 2008 ini jauh lebih langka. Nggak salah kalau Hasief berkomentar “It was A Hardcore NAIF Fan’s Dream Gig”. He he.

Silakan elo nikmati hadiah spesial dari Hasief ini (via Youtube, audio olny), dan juga beberapa foto yang gue bagi di sini, untuk ikut merasakan perjalanan 23 tahun NAIF bermain bersama di dalam satu band.

Terima kasih atas dukungan KawaNAIF selama ini. Terima kasih buat elo semua.

Cheers!

 

[Show slideshow]
44726404_1824928690950002_7635706361929531392_o
44542924_1825581300884741_1560995023233744896_n
M3361S-3034
serang2

serang4
show@bali8
show@mataram12
44633536_1824931914283013_1545139958187032576_n

44522744_1824931117616426_8900969174319235072_n
DSC_0117-copy
DSC_0171
DSC_0017

DSC_0061
DSC_0067
DSC_0075
DSC_0098

7v2
IMG_9496
N 10
IMG_9523

1 2 ►

FRANK YOU 2017, Terima Kasih Tahun 2017

December 31, 2017 by adin
FrankBlog
7 bidadari, aksi setan jalanan, diary franki, drama radio, film di radio, frankblog, frankyou, geng bedug, naif, naifband, setan jalanan, volt x setan jalanan

Guys, secara pribadi, gue ingin ucapkan banyak terima kasih buat elo semua yang sudah mengapresiasi karya-karya gue selama ini, baik itu karya musik gue di NAIF dan RAKSASA, juga karya gue di dunia komik bersama FranKKomiK.

Tahun 2017 banyak membawa kenangan berarti bagi gue. Mengudaranya sandiwara radio Setan Jalanan yang punya nama sendiri Film Di Radio: Aksi Setan Jalanan di bulan April tahun ini, lalu diluncurkannya komik Geng Bedug juga komik digital Volt X Setan Jalanan di bulan Agustus, dan ditutup dengan peluncuran album ketujuh NAIF yang bertajuk 7 Bidadari tepat saat perayaan ulang tahun NAIF ke-22 bulan Oktober lalu; semua sangat berkesan. Dan semua gue rekam secara digital melalui hashtag #FrankYou2017 di media sosial.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah – Tuhan semesta alam – gue ucapkan, sebagai tanda terima kasih atas semua ide kreatif yang nggak kunjung habis. Semoga nggak akan pernah habis sampai gue tutup usia nanti, dan semoga bisa menjadi berkah untuk semua. Nggak cuma untuk gue dan keluarga gue aja, tapi buat kalian semua. Buat kita semua.

Gue percaya, sekecil apapun sumbangsih kita terhadap dunia yang luas ini, semua nggak akan pernah sia-sia. Karena setiap kita saling menginspirasi dan terinspirasi, untuk membuat hal yang kecil menjadi lebih besar dan lebih besar lagi. Jadi, intinya adalah: semua hal dimulai dari kita sendiri. Mulailah bergerak. Bertindak. Bukan cuma berpikir dan berencana. Jangan takut jatuh. Adanya jatuh adalah untuk bangkit. Dan apabila nanti elo udah berhasil bangkit, elo akan menemukan satu saat di mana lo akan berpikir dan merenung. Menerenung tentang segala perjalanan hidup lo. Tentang jatuh-bangun elo.

Dan bila semua udah lo jalani dan renungkan, lo akan menemukan apa yang gue temukan dalam perenungan gue. Yaitu kalimat: “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”.

Selamat Tahun Baru 2018. Semoga Tuhan selalu memberkahi kita kebaikan dan keselamatan.

FK-News-140417-001 launching-geng-bedug-002 geng-bedug-003 logo-resmi-voltxsetanjalanan 7-bidadari-naif-cover

Artwork by: Rudy AO

Artwork by: Rudy AO

20171231-gengbedug-pesanonline 20171231-voltxsetanjalanan 7-bidadari-naif-album

Perjalanan Panjang 7 Bidadari NAIF

October 23, 2017 by adin
FrankBlog
7 bidadari, 7 bidadari naif, annaifersary, diary franki, frankblog, konser, naif, naifband

Alhamdulillah, perayaan ultah ke-22 tahun sekaligus peluncuran album ke-7 album NAIF baru aja selesai kemarin (Minggu, 22.10.2017), bertepatan sama Hari H ultah NAIF.
“Those hard times are over,” kalo kata gue kemarin ke abah Emil, pembetot bass NAIF. Hard times? Hehehe, iya, hard times. Kenapa jadi hard times? Well, karena semua serba ngebut, persiapan acara ini – peluncuran album baru yang tertunda sekitar 2 tahun, demi mengejar momen ultah. Mulai dari pembagian waktu latihan dengan jadwal panggung super padatnya NAIF, jadwal promo acara di media, juga jadwal gladi resik menuju dimulainya acara. Semua hanya dilakukan selama satu minggu penuh.

NAIF bukan band yang rajin latihan di studio. Terhitung sudah lama banget kami nggak latihan. Terakhir menginjakkan kaki di studio latihan untuk NAIF itu – kalo nggak salah – sekitar tahun 2016 pas mau persiapan penampilan NAIF di Java Jazz. Hihihi…
Nah, di acara ultah dan peluncuran album yang dikasih tajuk Konser 7 Bidadari NAIF ini ceritanya gue dan bandmates gue diharuskan ngebawain semua lagu full yang ada di album ketujuh kami itu – album 7 Bidadari. Totalnya ada 10 lagu baru. Ha! Rekamannya udah jalan 2 tahun lalu, nggak pernah didengerin dan dikulik. Berarti, otomatis harus latihan dong-kan-ya?… So, jadilah kami latihan, seminggu 2 kali – satu sesi latihan 6 jam.

Secukup-cukupnya 2 sesi latihan itu, ya tetap terasa kurang cukup, sebetulnya – untuk mendekati hasil yang sempurna. Tapi ya dicukup-cukupin aja. Pas di Hari H, untungnya ada gladi resik dulu. Semua siap. Pemain band inti, ditambah musisi pengiring (chamber orchestra dari Semarang, pemain steel guitar, pemain suling dan pemain gendang dangdut) lengkap semua. Sekitar 2 jam kami gladi resik sekalian latihan tambahan. Setelah dikira-kira sudah siap, barulah gladi resik dibungkus.

Hasilnya? Tetap aja pas manggungnya kami dibayangi rasa cemas. Manggung perdana bawain lagu baru di momen khusus, full album pula. Bayangin aja deh! Hehe. Makanya gue bilang tadi di awal: hard times.

Jadi ceritanya, konsep manggungnya tuh terbagi 2 segmen; segmen pertama ngebawain 10 lagu baru yang ada di album 7 Bidadari, dan segmen kedua ngebawain sekitar 12-14 lagu pilihan dari album keenam (Planet Cinta), berjalan mundur ke album pertama.
Konsep ini diajukan salah seorang kawan lama kami, Hasief Ardiasyah, yang juga adalah salah satu jurnalis handal dari satu media ternama di Indonesia. Bung Hasief ini juga yang menyusun siaran pers album 7 Bidadari yang dimuat di situs resmi NAIF. Konsep yang Hasief ajukan itu – nggak pake lama – langsung disetujui NAIF.

Seselesainya segmen pertama, barulah selanjutnya mengalir dengan lancar, karena kebanyakan yang dibawain adalah lagu-lagu sering dibawain juga selama bertahun-tahun.

Album 7 Bidadari milik NAIF diproduseri oleh NAIF, Winjaya dan Sony Soebowo; diduplikasi dan didistribusikan secara fisik dan digital (segera) oleh Demajors. Info pembelian CD-nya bisa kamu intip melalui www.demajors.com.

Selamat menikmati 7 Bidadari NAIF, guys!

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: dok. NAIF by @ipungipung

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: @dianpratiwiw

Foto: Hendri Pribadi

Foto: Hendri Pribadi

Foto: Hendri Pribadi

Foto: Hendri Pribadi

https://www.frankiindrasmoro.com/wp-content/uploads/2017/10/konser-7bidadari-naif-stvideo-7bidadari.mp4
https://www.frankiindrasmoro.com/wp-content/uploads/2017/10/konser-7bidadari-naif-stvideo-berubah.mp4
https://www.frankiindrasmoro.com/wp-content/uploads/2017/10/konser-7bidadari-naif-stvideo-dirikudirimu.mp4

CUMA SEKEDAR CERITA

July 28, 2017 by franki
FrankBlog
diary franki, frankblog, naif, naifband

Udah nonton film In The Heart Of The Sea? Film Holywood yang diangkat dari kisah nyata yang menginspirasi novel klasik karya Herman Melville, Moby Dick. Gue baru aja selesai nonton lagi – untuk yang kesekian kali – di TV. Salah satu film besutan Ron Howard yang gue suka.
Anyway, di akhir film yang bercerita tentang petualangan pelaut bernama Owen Chase dalam memburu – dan diburu – ikan paus putih besar di laut lepas itu, ada adegan dimana pada akhirnya Chase dan beberapa pelaut lainnya berhasil pulang ke kampung halaman mereka, trus Chase ketemu sama anak perempuannya yang belum pernah ketemu sang ayah sejak ia lahir. Nah, momen ini yang selalu bikin gue terharu. Ngebayangin perasaan si ayah dan si anaknya. Jadi ingat pengalaman gue pertama kali nginggalin anak gue, Lumina, dulu di tahun 2005, untuk berangkat tour bareng NAIF selama 3 bulan nonstop nggak pulang; hanya terpaut 3 atau 4 bulan setelah Mina – begitu panggilannya – lahir. Pas gue pulang tour (gue ingat banget perasaan itu), masuk ke pagar rumah mertua gue dan disambut semua anggota keluarga, gue lihat Mina – dan Mina juga lihat gue. Kami sama-sama terdiam. Seakan waktu berhenti sesaat – atau setidaknya berjalan lambat sekali. Fokus gue cuma ke Mina. Semua yang ada di sekitar gue dan Mina seakan menghilang di detik-detik itu. Mina tampak nggak mengenali gue. Gue tau itu. Saat gue ulurkan kedua tangan gue untuk menggendong Mina. Tanpa suara, tanpa kata-kata. Hanya tatapan mata tulus dan senyum tulus gue. Mina diam. Mamanya Mina yang saat itu menggendongnya, ngedeketin Mina ke gue. Nggak lama kemudian kedua tangan mungil Mina membalas uluran tangan gue. Matanya berkaca-kaca. Bukannya gue ge-er, tapi pada detik itu gue rasakan kerinduan Mina ke gue. Rindu akan sosok ayahnya yang selama beberapa bulan cuma bisa dia dengar eksistensinya dari mamanya dan keluarganya yang lain; rindu akan sosok ayahnya yang selama itu dia cuma tau dari suara saat dia dihubungi via telepon, atau dari wajah yang dia lihat di foto. Gue bisa rasakan itu semua.

 

Keharuan.

 

Ya. Keharuan itu yang gue alami lagi setiap kali nonton adegan akhir film In The Heart Of The Sea. Sialan! Keren banget memang si om Ron Howard!

© 2017 Franki Indrasmoro All rights reserved