BONBINBEN 2010
Pepeng dan David selaku kreator Bonbinben menganggap bahwa gerakan Bonbinben yang lalu – dengan segala kelebihan dan kekurangannya – adalah tahap pertama dari proses perjalanan bisnis Bonbinben sebagai brand yang diharapkan kelak akan dapat berdiri sendiri – tanpa dihubungkan dengan NAIF sama sekali.
Sejak 2009, mereka mengubah bentuk fisik Bonbinben menjadi lebih kartun, untuk lebih mendekatkan diri kepada anak-anak.
SI GORI adalah sekor gorilla yang pandai bernyanyi. Suara merdunya mampu membuat burung-burung merasa rendah diri dan enggan lagi berkicau. Gori sangat suka makan dan tidur. Ia tampak terlihat bodoh dalam kesehariannya, namun disukai teman-temannya karena ia sangat baik hati.
SI GALA adalah seekor serigala yang pandai bermain bass gitar. Serigala yang cerdik – kadang licik – dan satu-satunya yang pantas dianggap sebagai pengambil keputusan.
SI KUPON adalah seekor kuda poni yang sangat bangga dengan rambutnya. Seekor kuda yang pandai bergitar. Ia sangat ramah dan murah senyum, namun ia sering dianggap plin-plan dalam mengambil keputusan. Kupon berlari sangat cepat dan bertenaga kuat.
SI DUNGDE adalah seekor monyet bekantan berhidung besar yang berperangai nakal. Seringkali ia mengerjai teman-temannya dan membuat mereka kesal. Namun di sisi lain adalah teman yang setia, dan rela berkorban apapun untuk sebuah pertemanan. Dungde bangga sekali dengan hidungnya yang besar, sehingga tak than untuk berkaca di manapun ada cermin, sekedar untuk membanggakan hidungnya. Dungde pandai memainkan segala alat musik pukul.
Bonbinben tinggal di tempat yang bernama Kota Satwa.
Sebenarnya Kota Satwa adalah sebuah replica dari dunia manusia. Alkisah di jaman dahulu kala ada sebuah kapal milik seorang ilmuwan, pemburu dan saudagar kaya. Ia berkeliling dunia untuk berburu hewan liar, kemudian diperjual belikan antar negara. Bisnisnya sangat sukses. Suatu hari kapalnya masuk ke dalam sebuah perairan dalam yang berombak besar. Kemudian kapalnya karam di sebuah pulau tak bertuan yang tak ada di peta. Di sinilah ia memulai hidup bersama para hewan buruannya, saling berbagi suka dan duka. Ia mengajarkan hewan-hewan itu hidup seperti manusia, dengan bahasa manusia pula.
Ketika pulau itu mulai ada “kehidupan”, sang datuk mulai tua renta dan sakit-sakitan, kemudian wafat. Selanjutnya – turun-temurun – para hewan meneruskan kehidupan seperti apa yang diajarkan oleh sang datuk. Sampai akhirnya di masa kini datanglah Dewi yang mampu menghadirkan kerinduan paa hewan akan sosok manusia, seperti mendiang datuk.
Kehidupan di Kota Satwa sangat damai. Para penduduknya hidup dalam suasana penuh toleransi dan tolong-menolong. Mereka juga mengerti tentang bagaimana memanfaatkan kekayaan alam mereka, jual beli layaknya manusia, juga mampu membaca abjad manusia. Yang tak dimengerti oleh mereka adalah bagaimana cara hidup sehat ala manusia, seperti nilai-nilai kebersihan (perlunya mandi bersih, buang sampah di tempatnya dan sebagainya). Di sinilah Dewi berperan penting dalam kehidupan di Kota Satwa. Sementara Bonbinben yang berteman akrab dengan Dewi, mengajarkan Dewi banyak hal mengenai alam semesta dan seisinya.
Dan, di tahun 2010 Bonbinben mendapatkan teman, seorang anak kecil perempuan manusia bernama Dewi.
Dewi adalah seorang anak perempuan manusia berusia 10 tahun yang ceria, pintar dan perparas manis. Gemar bermain Dampu (sebuah permainan tradisional anak Indoneisa) dan membaca berbagai buku.
Dewi memang sedikit tomboy, namun ia juga suka bermain boneka layaknya seorang perempuan. Dan ia sangat terobsesi dengan kisah-kisah bajak laut. Dalam kesendiriannya, Dewi sering sedih memikirkan kedua orangtuanya. Di mana mereka dan bagaimana nasib mereka. Namun biasanya kesedihannya akan sirna begitu ditemani Bonbinben.
Dewi sangat dekat dengan Gori. Mereka bagaikan kakak beradik, dan Gori selalu berupaya melindungi Dewi semampunya.
Bersama-sama, Dewi dan Bonbinben bertualang dan bermain.
Ada pula tokoh-tokoh lain dalam cerita Dewi Dan Bonbinben, seperti Pak Besar, Gondrong, Sitti, Cicil dan Tenyom.
© 2010 Franki Indrasmoro