Setan Yang Memperjuangkan Kebenaran (Sebuah Catatan Dari Asisten Penulis Skenario Setan Jalanan)

Setan Yang Memperjuangkan Kebenaran

Tanggal 21 Mei 2014 lalu Franki Indrasmoro – drummer dari band kenamaan Indonesia, NAIF – merilis sebuah karya barunya dalam wujud komik yang diberi judul Setan Jalanan. Komik tersebut merupakan mimpi masa kecilnya yang pada akhirnya terwujud. Setan Jalanan kini sudah beredar di toko-toko buku Gramedia. Komik ini – atau lebih tepat disebut sebagai novel grafis – tidak hanya sekedar menyajikan cerita tentang seorang vigilante yang beraksi memperjuangkan keadilan dan kebenaran di kota terkorup di Indonesia, Jakarta, melainkan juga menyajikan bumbu-bumbu drama tentang cinta, keluarga, dan persahabatan. Selain itu, ambisi sang kreator untuk menghidupkan kembali pasar komik Indonesia yang sudah lama tenggelam dan mencoba bangkit kembali, tersirat jelas dalam karyanya yang satu ini. Dengan bantuan seorang komikus muda, Haryadhi, sebagai illustrator dalam komik ini, Setan Jalanan juga menawarkan banyak potensi akan dunia yang lebih luas dan lebih dalam, yang menjanjikan. Semoga Setan Jalanan bisa menjadi fondasi dan inspirasi akan karya komikus-komikus Indonesia di masa depan.

“Indonesia saat ini tidak butuh Superhero!” kutipan yang diambil dari kreator Setan Jalanan itu sendiri, Franki Indrasmoro – yang lebih dikenal dengan nama Pepeng, beberapa waktu lalu.  Ya, Kelana – tokoh utama dari komik Setan Jalanan – tidak mempunyai kekuatan super layaknya tokoh komik kisah-kisah kepahlawanan. Kelana hanyalah manusia biasa. Cuma anak motor yang sehari-harinya masih duduk di bangku kuliah. Ia murni seorang vigilanteOutlaw. Beraksi sendirian sebagai Setan Jalanan, lengkap dengan trauma masa lalu yang menghantuinya – ketika kedua orangtuanya menjadi korban aksi para kriminal. Satu-satunya skill yang Kelana punya adalah kemampuannya mengendarai motor yang bisa dibilang sangat di atas rata-rata. Dengan modal  tersebut, Kelana dan Josephine – partnernya – bekerja bersama dalam setiap aksi Setan Jalanan. 

Kembali lagi soal “Indonesia saat ini tidak butuh Superhero”, rasanya benar – dan gue pun setuju dengan kutipan yang satu ini dari Mas Pepeng. Selain memang tidak cocok dengan budaya kita, kisah Superhero umumnya agak jauh dari jangkauan masyarakat Indonesia. Beda dengan Kelana. Yang paling ditonjolkan dalam sosok seorang Kelana adalah: ia dekat dengan masyarakat. Ia sangat mementingkan tindakan nyata. Tindakannya adalah definisi dari dirinya. Sementara warga Jakarta tidak lagi bisa mengharapkan lembaga atau Institusi yang berwajib untuk melindungi diri mereka, Kelana sebagai Setan Jalanan muncul tanpa banyak omong melakukan aksinya memberantas kejahatan, kemudian pergi. Ia biarkan masyarakat yang menilai sendiri. Action speaks louder than words! Tidak peduli citra apa yang akan melekat pada dirinya, apakah dianggap sebagai pahlawan atau oknum main hakim sendiri, Setan Jalanan hanya ingin melakukan suatu kebaikan – yang ia anggap benar. Kisah Setan Jalanan adalah kisah yang manusiawi. Itulah yang dibutuhkan Indonesia saat ini.

Manusia adalah makhluk yang haus akan kekuasaan dan pengakuan. Penuh nafsu. Itu sudah menjadi sifat dasar.  Pesan moral inilah yang ingin disampaikan Pepeng dalam Setan Jalanan. Kita tidak perlu superpower. Kita tidak perlu berwajah ganteng atau cantik; tidak perlu kepintaran khusus untuk memerangi nafsu. Aksi nyatalah yang lebih diutamakan, sehingga Setan pun dapat membela kebenaran!

 

Salam,

Georgious Jovinto – Asisten Penulis Setan Jalanan