DAN AKHIRNYA IA MUSNAH

FragileSaat itu tahun 1999 (kalo gak salah). Gue pernah dekat sama seorang perempuan yang asik gue ajak ngobrol. Dia anak ITB. Kami kenalan di sebuah acara di mana NAIF manggung di situ. Setelah itu kami jadi cukup sering ngobrol. Seringnya sih via telepon, tapi cukup sering. 

Hubungan gue dengan cewek yang sedikit tomboy ini nggak berlanjut ke arah yang lebih jauh. Kami beneran hanya berteman. 

Suatu hari, di tahun itu juga, dia pernah ngasih sesuatu. Sebuah gelas yang dibikin dari botol Corona yang dipotong setengah, yang ia bikin sendiri – setidaknya begitu menurut pengakuannya. Gue suka sekali sama pemberiannya. Sejak itu, gelas itu selalu gue simpan dan gue jaga. Nggak boleh ada yang pake, kecuali gue… umm.. Dan (almarhumah) nyokap gue. Memang, dulu nyokap gue sering pake gelas itu. Tapi, tetep, wanti-wanti gue: “Jangan sampe pecah!”. Gue memang selalu berusaha untuk menjaga barang pemberian orang lain. Siapa pun itu. Jangan pernah hilang, rusak (kecuali rusak karena memang udah saatnya rusak), atau dikasih ke orang lain lagi. Apalagi kalo barang itu gue suka banget. Seperti gelas itu. 

Dan tadi, barusan, setelah bertahun-tahun lamanya gue simpan baik-baik gelas itu, akhirnya pecah… Oleh tangan gue sendiri (tanpa sengaja, pastinya). Sedih?? Pasti! Cuma, yaa, mau gimana lagi..? Gak mungkin juga gue simpan belingnya. Malah jadi sampah. Gue cuma minta maaf aja untuk teman gue itu. Seorang kawan lama yang sudah lama nggak berjumpa juga.. Dan, yang menyedihkan lagi.. Maaf, kawan. Gue lupa nama lo. Ini bagian terparahnya. Shame on me.