DIBALIK PEMBUATAN KOMIK NAIF

Pepeng NAIF nulis? Ya. Sebenarnya menulis itu hobi gue, setelah menggambar dan membaca buku. Bahkan sebetulnya sejak kecil gue bercita-cita jadi komikus, bukan musisi. Idola gue dalam masalah perkomikan nasional adalah Om Dwi Koendoro. Tapi ternyata, memang, hidup itu penuh liku-liku. Kita nggak pernah tau ke mana kita akan melangkah. Untuk mewujudkan cita-cita jadi komikus, gue harus melewati berbagai fase dulu, termasuk jadi musisi.

Komik Petualangan NAIF dan Mesin Waktu adalah karya debut gue dalam menulis buku. Buku cerita bergambar, alias komik, yang sebenarnya udah tercetus konsepnya sejak 2003 lalu.

Kenapa NAIF yang gue angkat di komik pertama gue? Nah, ini dia, nih! Jujur, gue ngerasa beruntung sekali nge-band sama NAIF. Band gue ini adalah band yang fun banget. Comical! Nggak jaim. Di saat band-band lain pada pengin tampil ganteng di mana-mana, NAIF justru suka tampil apa adanya. Nggak ngartis banget, dah! Banyak hal unik yang bisa gue angkat dari NAIF. Termasuk profil fisik para personilnya. Dulu, waktu masih zaman kuliah, gue sama beberapa temen kampus pernah mengkartunkan NAIF. Alhasil ada yang kepake jadi merchandise kami. Terus, sesuai perkembangan otak kanan gue, lama-lama gue mikir, “Kenapa nggak sekalian dikomikin aja ini band?”.

Mulailah gue ketak-ketik bikin konsepnya, kemudian gue bikin plot cerita. Kebetulan gue berteman sama Mas Waluyo Dono. Dia itu anaknya Om Dwi Koen. Melalui dia, gue akhirnya ketemu juga sama idola gue. Nggak tanggung-tanggung, gue langsung diboyong ke ruang kerjanya!

Di ruang kerjanya, gue belajar banyak gimana cara bikin komik yang serius. Gimana bikin plot, naskah dan skenario yang benerstoryboard, sampai akhirnya paneling. Persis seperti yang gue tau dari cara kerja industri komik Amrik dan Jepang, yang untuk pengerjaan satu produk aja dibentuk satu tim sendiri. Yang bikin gue kagum, ternyata Om Dwi Koen ngerjain itu semua sendirian! Mungkin ini berhubungan dengan idealisme kesenimanan beliau, dan umumnya komikus kita.

Ide cerita komik petualangan empat orang musisi muda bernama Emil, David, Pepeng, dan Jarwo?sesuai dengan nama asli para personil NAIF?muncul dari kehadiran tokoh pendukung dalam videoklip single NAIF berjudul “Jikalau” (album Titik Cerah, 2003) yang konsep klipnya juga gue yang bikin. Dalam klip itu diceritain para personil NAIF?saat itu masih berlima?sedang dalam posisinya masing-masing untuk ketemuan di satu titik buat nge-band bareng. Selama perjalanan, masing-masing personil berpapasan sama seseorang berpakaian necis yang lagi nyisirin rambutnya yang super klimis dengan sisir besar. Nah, aneh kan rasanya kalau pada saat yang berbarengan, lima orang yang berbeda, di tempat yang berbeda, ketemu orang yang sama. Ya kan? Berangkat dari plot itu, plus tokoh misterius?yang juga muncul dalam komik?cerita komik ini berkembang.

Produksi komik Petualangan NAIF dan Mesin Waktu ini enggak semulus munculnya ide cerita. Setelah konsep dan cerita selesai disusun tahun 2003, proyek ini mulai dijalanin tahun berikutnya. Waktu itu gue ngajak temen satu almamater (IKJ) yang punya nama Antonius Asmoro alias Dodot untuk jadi ilustrator alias tukang gambar, sementara gue sendiri nulis ceritanya. Karena kesibukan masing-masing, proyek ini terhenti nggak lama kemudian. Sementara itu gue yang masih bergejolak untuk ngelanjutin proyek ini terus ngembangin naskah yang rencananya akan jadi lima jilid. Akhirnya tahun 2006 gue dan Dodot nerusin lagi. Kali ini gue juga mengajak Mas Iwan Gunawan dan Saut Irianto yang cukup berpengalaman di dunia industri perkomikan, dan kami sepakat bikin dummy untuk ditawarin ke penerbit. Maka gue pun turun tangan nawarin produk karya gue dan Dodot ini ke penerbit, kayak salesman. Tapi sepertinya nasib belum mengizinkan kami untuk terus jalan. Penerbit tak kunjung kami dapatkan.

Suatu saat di tahun 2008, lewat sohib gue, Bung Nyoman, gue dikenalin ke Mas Pax dan Mas Candra Gautama dari Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Bicara, bicara, bicara, sepertinya Tuhan emang ngejodohin kami. Proyek pun kembali berjalan dengan semangat.

Selesai? Belum. Karena sebuah sebab, Dodot terpaksa mundur dari proyek yang udah setengah jalan ini. Asli! Bingung banget gue! Direncanakan Juli 2008 buku pertama terbit, tapi udah masuk tenggat produksi belum selesai. Selama beberapa bulan gue mencari-cari pengganti Dodot, nggak ada yang cocok. Akhirnya gue memutuskan mengajak kerja bareng teman-teman dari Rumah Warna, studio komik dibawah asuhan Mas Dukun dan Mas Injun yang berhasil menyelesaikan komik NAIF ini.

Akhir kata gue ucapkan Alhamdulillah, pada akhirnya gue dan Rumah Warna bisa menuntaskan komik Petualangan NAIF dan Mesin Waktu buku satu dengan waktu yang cukup singkat. Semoga selanjutnya perjalanan produksi berlangsung lancar, jadi nggak mengecewakan pembaca semua.