Review Setan Jalanan Dari Flux12


Komik Indonesia menggeliat lagi. Kali ini yang unjuk gigi sekaligus pindah gigi adalah sebuah komik yang mungkin akan terlewatkan oleh pembaca komik Indonesia awam, yang apabila bertandang ke toko buku mungkin tidak akan menyangka bahwa bukunya adalah sebuah komik. Yah karena perpaduan antara ukuran, ketebalan dan desain cover yang kalau dilihat selintas bukanlah hal yang biasa kita lihat pada sebuah komik. Lebih mirip sebuah novel. Apalagi bila kita tidak bisa melihat isinya karena hampir semua buku di toko buku tersegel plastik. Maka rajin-rajinlah berselancar di dunia maya melihat-lihat kabar tentang komik ini.

Komik ini berjudul Setan Jalanan. Merupakan ciptaan dari Franki Indrasmoro yang lebih dikenal sebagai Pepeng yang merupakan drummer band Naif. Walau lulusan Seni rupa IKJ disini Pepeng tidak menggambar sendiri komiknya. Dia dibantu Haryadhi, seorang ilustrator yang sebelumnya lebih sering malang melintang di internet dan sosial media.

Bukan bercerita tentang setan, walau warna cover-nya begitu kelam dan hampir tiap halamannya di kuasai setengahnya oleh warna hitam, komik ini bercerita tentang manusia yang karena kebisaan dan kesempatan, menjadi pahlawan yang berjuang di luar wilayah hukum turut membasmi kejahatan. Dikisahkan seorang pemuda bernama Kelana yang punya kemampuan lebih dalam mengendalikan kendaraan roda dua, di rekrut oleh seorang wanita yang dipanggil Madam Jo untuk menjadi operator lapangan proyek Setan Jalanan yang merupakan proyek pribadi sang madam dalam memberangus kriminalitas terutama yang terjadi di jalanan. Walau tidak serta merta mau, Kelana yang punya masa lalu pahit menyangkut kejahatan di jalanan akhirnya menerima tawaran Sang Madam yang ternyata juga dosen Kelana di kampus. Dibekali motor canggih bernama Morphus dan sistem komunikasi plus navigasi lengkap arahan Madam Jo (yang bagai Oracle di semesta Batman), beraksilah Kelana sebagai Setan Jalanan. Dan seperti cerita vigilante lainnya, upaya heroik Kelana dan Madam Jo juga mengundang penyelidikan dari pihak kepolisian.

 

Tapi jangan bayangkan cerita yang digelar Franki berjalan linear. Cerita Setan Jalanan berjalan maju mundur mengacaukan alur cerita biasa. Alur bolak-balik ini mengingatkan akan cara Christopher Nolan menyusun adegan atau sequen di filmnya seperti The Prestige atau Batman Begins. Sebuah cara yang manjur untuk menyajikan informasi sesuai keinginan si kreator tanpa harus mengikuti kronologi kehidupan karakter penggerak cerita. Jadi Alur kelana sebagai Setan Jalanan berjalan paralel dengan alur Kelana sebelum menjadi Setan Jalanan, tapi selang seling. Sebuah cara bercerita mutakhir yang mungkin bagi pembaca yang belum terbiasa akan memaksa mereka untuk membolak balik halaman lebih sering. Tapi dengan cara ini membuat Franki lebih leluasa memperlihatkan perkembangan karakter tokoh utamanya beserta motivasi dan alasan yang melatarbelakanginya tanpa harus mengulang penjelasan.

Sebagai komik, selain jualan cerita juga jualan gambar. Gambar yang digarap Haryadhi lumayan sinematik, seperti digambar oleh artis yang biasa menggarap storyboard atau penggambar yang sangat hobi nonton film. Selain panel yang dibuat berkesinambungan seperti rangkaian adegan dalam film, juga framenya dibuat seperti diambil dengan kamera dari berbagai angle dengan jenis lensa yang berbeda. Yang menarik beberapa panelnya, terutama yang memperlihatkan eksyen, dibuat dengan sudut pandang lensa lebar atau bahkan lensa fish eye. Sehingga menimbulkan efek distorsi yang menambah kesan dramatisnya. Tapi walau punya goresan yang kuat, Haryadhi masih belum cukup konsisten menggarap tiap-tiap halamannya. Masih ada halaman yang sepertinya di buat dengan usaha extra, sementara ada halaman lain yang kurang detil. Kalau mau diperhatikan lebih cermat, kualitas gambar di tiap halaman masih belum tersebar rata. Mungkin ada masalah tenggat waktu yang menyebabkannya demikian.

 

Secara keseluruhan, Setan Jalanan membawa angin yang sangat segar bagi perkembangan komik Indonesia saat ini. Selain gaya bercerita yang tidak biasa, gambarnya yang dinamis dirasa mampu menarik minat pembaca komik yang sudah kadung terbiasa dengan gaya manga. Tema yang diangkat juga relevan dengan gejala sosial yang baru saja atau sedang terjadi yaitu munculnya geng motor yang polahnya meresahkan masyarakat. Sebagai catatan, walau terlihat masa kini, usaha Franki mengangkat jagoan bermotor sebenarnya lebih terasa sebagai revitalisasi tema yang marak di tahun 80-90an. Saat itu jagoan dengan andalan motor atau mobil sangatlah trendy….Maju terus Setan Jalanan. Maju terus Komik Indonesia.

 

Tunggu wawancara kami dengan Franki Indrasmoro dan Haryadhi di flux12.com selanjutnya.