YTS: IBU

Kemarin tanggal 1 Maret adalah hari ulang tahun mendiang mama gue tersayang. Udah masuk tahun ke-2 gue peringati hari kelahiran mama sepeninggal beliau. Rasa kangen mendera gue, dan yang selalu terbayang di mata gue adalah saat terakhir kali gue liat beliau sadar – sebelum akhirnya collaps selama sekitar sebulan, kemudian meninggal.

Waktu itu di rumah sakit di Bekasi, tempat mama dirawat, tiba-tiba gue dipanggil mamanya Mina (anak gue) ke kamar rawat inap saat gue baru aja turun ke jalan untuk berangkat kerja, sehabis jenguk mama. Katanya, mama kejang-kejang. Beberapa saat sebelumnya padahal masih sadar, walaupun agak sedikit nanar matanya dan tubuhnya agak kejang ringan. Kami sekeluarga saat itu belum tau apa penyakit yang diderita mama. Yang gue inget, di hari gue jenguk mama itu, gue sempat nangis ngeliat kondisi beliau. Masih sadar, tapi nggak bisa ngomong lagi. Cuma bisa senyum tipis dan merespon komunikasi kita lewat mata dan ekspresi wajah.

Begitu gue dapet kabar itu, langsung gue lari naik ke kamar rawat inap lagi. Sesampainya di kamar, gue liat mama kejang hebat. Semua tim medis langsung siap-siap mengevakuasi beliau ke ruang intermediate. Sementara semua perawat sibuk, gue menghampiri mama yang bergoncang keras dengan mata terpejam itu. Sekitar hidung dan mulutnya dipasang alat pernafasan. Gue deketin mulut gue ke telinga beliau, lalu gue bisikkan doa-doa. Maksud gue untuk menuntun, biar beliau nggak lupa untuk selalu mengingat Sang Pencipta. Tiba-tiba di antara goncangan tubuhnya dan bisikan doa gue, mata mama terbuka, lalu tubuhnya bangkit dan bergumam keras. Matanya menatap gue dalam. Sayang, tangannya nggak bisa meraih gue karena diikat di ranjang. Gumamannya keras, tapi nggak jelas. Gue bingung dan takut. Nggak bisa apa-apa. Yang gue lakukan cuma satu, memperkeras bacaan doa gue. Berharap mama juga ikut melafalkannya. Setelah itu, nggak lama kemudian mama kembali “tertidur”. Kali ini tanpa ada kejang-kejang lagi. Diam.

Sejak itulah mama nggak pernah siuman lagi, sampai akhirnya wafat beberapa minggu kemudian, di bulan April 2010. Saat-saat tadilah yang selalu membayangi gue saat gue inget mama.

Ma, selamat ulang tahun. Semoga Mama di alam sana diberi ketenangan dan tempat yang baik oleh-Nya, dan kelak kita semua akan berkumpul kembali di tempat yang baik pula, beserta orang-orang yang baik. Maafkan anakmu ini yang dulu kurang berbakti semasa Mama hidup. Semoga Allah SWT mengampuni kita semua. Aamiin.