“Kalau jodoh tak lari ke mana..”
Kita sering denger pernyataan kayak gitu. Tapi sebetulnya apa maknanya? Pernah nggak kalian mempertanyakan arti “jodoh” itu? Gue sering.
Apakah iya sesuatu atau seseorang yang udah kita miliki berarti dia itu jodoh kita? Lantas gimana kalau orang atau barang itu kemudian menghilang dari kita? Apakah berarti mereka udah nggak jodoh lagi sama kita? Nah.. Kalau udah hilang terus suatu saat ketemu lagi, apa berarti justru itu yang namanya jodoh? Biasanya sih kalau mereka yang udah sempat menghilang terus ketemu lagi, baru kalimat “Kalau jodoh tak lari ke mana” itu dipakai.
Jodoh itu misterius. Sama misteriusnya dengan mimpi, menurut gue. Nggak ketebak. Sedih memang saat menerima kenyataan bahwa semua yang ada sama kita ini belum tentu jodoh kita.
Gue beberapa waktu lalu baru aja ngedapetin sebuah souvenir lucu, sebuah boneka kayu, dari satu restoran makanan Jepang di sebuah mall. Memang dari awal pas di meja kasir mau bayar makanan, gue udah naksir sama boneka itu yang asyik nangkring sendirian di dekat si mbak kasir. Kayaknya si mbak kasir nyadar kalau gue suka sama boneka itu.
“Kenapa, mas? Suka sama ini?” tanyanya menyodorkan boneka itu ke gue.
“Hehe.. Iya,” jawab gue, “Buat saya aja ya?”
Si mbak mesem-mesem aja.
“Sebetulnya sih nggak boleh. Ini khusus pembelanjaan di atas tiga ratus ribu. Tapi buat mas, ambil aja deh,” kata si mbak baik hati itu.
Waah, senang banget gue! Langsung gue ngomong “Kalau jodoh emang nggak ke mana-mana dah!” di dalam hati gue.
Selesai makan di situ, gue ke toilet, terus jalan pulang. Di jalan, di parkiran, barulah gue ingat… Ternyata boneka kayunya ketinggalan di toilet!!! Gue harus jalan sekitar 700-an meter lagi di dalam mall – dipotong naik eskalator – kalau mau ambil boneka yang tadi gue kira jodoh gue itu. Berarti kalau bolak-balik ke parkiran lagi bisa satu kilometer lebih jalan kaki.
“Emang bukan jodoh lo kali tu boneka, Bang,” kata temen gue di dalam mobil.
“Bah, enak aja!” tukas gue lalu turun dari mobil, sementara temen gue muterin mobil keliling mall, sambil nungguin gue balik lagi.
Gue masuk ke dalam mall lagi. Selama berjalan menyusuri mall menuju toilet tadi, gue jadi mikir soal arti jodoh. Itu semualah yang bikin gue akhirnya menulis tulisan gue sekarang ini.
Sesampainya di dalam toilet, gue udah nggak ngeliat lagi boneka gue tadi. Karena udah ngerasa tanggung, gue nggak mau menyerah begitu aja. Gue tanya mas-mas yang jaga toilet dan bapak keamanan situ. Mereka langsung ngebantuin gue nyari si boneka kayu, sampai manggil temen mereka lagi yang bertugas jaga di jam saat gue ke toilet tadi. Sekitar lima menit kemudian, datanglah satu orang mas penjaga toilet yang mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ya, boneka kayu gue tersayang itu ketemu lagi!!! Alhamdulillah.
Gue balik ke lobby menuju mobil temen gue dengan senyuman cerah. Sungguh senang mengetahui bahwa semua yang kita usahakan itu menghasilkan sesuatu yang memuaskan!
Sejak itulah gue berpikir… Hmm.. Jodoh itu memang Tuhan yang ngatur. Kita nggak bakal tau yang mana jodoh kita. Tapi kita bisa mengusahakan apa yang kita ingin dan kita miliki itu supaya bisa jadi jodoh kita. Tuhan ngasih kita banyak jalan untuk kita pilih. Semua ada konsekwensinya. Kalau kita udah berusaha keras tapi ternyata nggak bisa juga mempertahankannya, barulah kita – mau nggak mau – harus melapangkan ada kita, berusaha untuk menerima kenyataan, dan bilang “mungkin memang belum jodoh kita”. Kenapa ada kata “belum” di sini? Karena – balik lagi – kita nggak akan pernah tau apa yang terjadi di kehidupan kita selanjutnya.
Berdoa, berusaha dengan yakin dan banyak bersyukur. Gue dari kecil terlalu sering mendengar wejangan itu. Sedikit klise dan membosankan, tapi kalau dipikir lebih dalam, seratus persen benar!
Jakarta, 20 Juni 2011
{jcomments on}