GUE, NAIF DAN PLANET CINTA

Whew…

Beberapa minggu ini bener-bener jadi saat-saat paling melelahkan buat gue. Album Planet Cinta-nya NAIF baru aja selesai mixing, dan beberapa waktu lalu baru selesai pemotretan untuk cover. Sementara gue masih harus ngejar deadline komik NAIF yang makin mepet.

Semakin seru lagi dengan adanya kesibukan gue di RAKSASA PROJECT bareng Adi Cumi (Fable), Iman Fattah (Zeke And The Popo, Tika & The Dissidents), Bonny Sidharta (Dead Squad) dan Adrian Adioetomo (solo artist), ditambah beberapa “sampingan” gue lainnya.

Semua bener-bener bikin adrenalin gue naik! Walaupun melelahkan, tapi ini semua gue nikmati. Semua menjadi alat refreshing gue dari kepenatan di NAIF.

Kegiatan-kegiatan gue itu sempat terhenti sehubungan dengan wafatnya ibunda gue tercinta, Senin lalu (12 April 2010). Terima kasih untuk semua pihak yang udah ngasih ucapan belasungkawa, bantuan moral, spiritual, material dan doa.

Sekarang gue kembali semangat!

Well, bicara soal NAIF, gue tadi baru aja ngedengerin semua lagu dari album Planet Cinta hasil mixingan Mr. Wolf Arndt, sekaligus ngerasain dinamika antara lagu satu ke lagu lainnya. Wow, gue secara pribadi puas sekali dengan album ini! Nggak salah deh kalo gue bangga sama band gue sendiri!

Thanks a lot, Mr. Wolf. You did a great work there.

Bicara soal mixing, selama ini NAIF – sejak album Retropolis (2005) – selalu menggunakan kepiawaian Mr. J alias Jarwo sang Guitar Hero kita untuk nge-mix hasil rekaman kita. Terbukti, Jarwo memang pandai mencampur adukkan tatanan suara rekamnya NAIF, dan memang cocok dengan gaya NAIF. Tapi di album Planet Cinta ini, kami sengaja nggak lagi nge-mix di Jarwo, karena kami pengen menampilkan warna suara yang berbeda dari NAIF yang selama ini terdengar. Setelah gue denger, menurut gue sih cukup berhasil. Setidaknya gue puas dan suka dengan hasilnya.

Menurut gue, NAIF di sini terasa lebih dewasa dari album-album sebelumnya, dan sepertinya sih cukup cocok untuk iklim industri lokal kita. Gue sendiri sebagai personil NAIF bisa ngerasain itu. Memang, di album keenam kami ini, NAIF sengaja lebih mendekatkan diri ke lingkungan industri. Selama ini NAIF dengan musiknya udah hadir di tengah masyarakat kita, dan bisa diterima oleh berbagai kalangan, baik itu indie maupun majornya. NAIF bisa dibilang besar jadi band – kalo diibaratkan sebagai sebuah produk – udah punya pasar sendiri.

Tapi, apakah NAIF adalah sebuah band yang laku di pasaran? Belum tentu. Dan, jujur, gue sih nggak ngerasa begitu. Apalagi kalo ngomongin soal penjualan album. Dari dulu NAIF nggak pernah termasuk dalam daftar band jutaan kopi. Hehe. Tapi Alhamdulillah, panggung kami jalan aja. Dan memang kami dari awal adalah band yang hidup dari panggung. Gue nggak sesali itu. Kami cukup sadar diri akan segmentasi kami, dan kami puas dengan hasil yang kami dapet selama ini.

Tapi, seiring dengan keadaan industri musik kita yang kini… yaah, begitulah… NAIF jadi ngerasa tertantang untuk nyoba ngerebut hati masyarakat Indonesia.

“Bisakah NAIF bikin lagu yang lebih punya kans disukai masyarakat umum kita, tanpa menurunkan standar musikalitas NAIF?”

Itulah tantangannya.

Setelah gue denger satu per satu lagu di album terbaru NAIF ini, dan setelah gue ngerasa puas dan suka sama hasilnya… Berhasilkah? Nggak tau. Belum tau. Biar orang-orang yang menilai itu… Nanti. Yang penting, usaha dulu aja.

 

Jakarta, 17 April 2010

www.naifband.com
www.frankiindrasmoro.com