SETAN JALANAN #1, SEBUAH REVIEW

Berikut adalah review yang kami terima melalui akun Facebook Setan Jalanan (www.facebook.com/setanjalanan.indonesia). Sebuah review Setan Jalanan #1 yang padat bergizi dengan kritiknya yang membangun. Kiriman seorang pemerhati, pembaca dan pencinta komik Indonesia, Mark Homer.

Terima kasih, bung Mark Homer.

[FK]


[Review Setan Djalanan]

*Spoiler Alert*

Maaf telat masbro, gua agak sibuk akhir-akhir ini, tapi gua tetap harus menepati janji untuk mereview salah satu komik terseru yang gua baca tahun ini.

[Cerita] 8.4/10
Mungkin banyak pembaca kasual yang protes “ini ceritanya kok gak linear sih? kok kesebar kemana-mana sih? kok tadi masa kini terus flasback terus masa kini lagi terus flashback lagi dan gitu terus? itu tolong JANGAN dihiraukan, salah satu faktor yang membuat Quentin Tarantino menjadi sutradara ikonik adalah gaya penceritaanya yang tidak linear, tidak jauh berbeda dengan gaya penceritaan mas Franki, dan gaya penceritaan Comic 8 juga seperti itu kan? yang jelas saya salut dengan gaya penceritaanya, dan untuk ceritanya sendiri, meski masih terasa agak klise (yang saya maklumi karena ini masih volume pertama) saya senang dengan tone gelapnya, jarang ada cerita indo yang tone gelapnya terasa, sering sekali tone gelapnya buyar gara-gara komedi slapstick yang dipaksakan, untungnya mas Franki tidak memasukan sampah macam itu, untuk ukuran sebuah karya anak bangsa ceritanya jauh lebih bisa dinikmati dari komik kebanyakan, dan itu diluar ekspektasi saya apabila menyangkut seorang anak band – yang dipandang bukan penulis sejati – sebuah pandangan yang tentu saja salah, anak band BISA menjadi seorang penulis sejati, karena menulis lirik adalah termasuk kegiatan menulis, dan mas Franki menuliskan cerita komik jalanan seperti ia menuliskan lirik pada sebuah lagu – sesuatu yang impressif in my opinion, namun saya yakin, untuk volume-volume selanjutnya ceritanya bisa berkembang lebih baik lagi.

[Karakter] 8.2/10
Sejauh ini karakter-karakter yang ada mungkin belum terasa “unik” atau “spesial”, tapi development mereka jauh lebih baik daripada karakter Indonesia di cerita kebanyakan, Kelana adalah seorang pria keras kepala yang kelam dan penuh dedam, mungkin terasa sedikit generik namun saya suka karena ia bukanlah seorang “Marty Stu” yang serba sempurna, ia mempunyai kelemahan dalam mengolah emosi dan menjadikanya sebagai seorang Anti-hero ketimbang “kesatria berbaju emas”, karakter inspektur Surya pada awalnya mungkin terasa mengambil langsung dari inspektur Gordon (yang saya maklumi karena Mas Har dan Franki adalah pecinta Batman) namun adegan flasback masa mudanya membuat saya yakin bahwa ia jauh lebih dalam dari itu, dan saya harap ia memang lebih dalam dari kelihatanya, favorit saya adalah Madam Jo, tomboy, sinis bawel dan sarkastis – namun aslinya dia baik dan keibuan, saya suka dengan karakter yang luarnya tidak mengindikasikan apa yang ada didalam, dan trope dont judge by the cover dimainkan lumayan baik dengan madam Jo, yang mungkin sedikit “hipster” adalah saya tertarik dengan duo begundal – saya senang melihat ekspresi ketakutan si Eman setelah pertarungan di atas – dan saya lebih senang lagi melihat Ikang menjadi gila setelah disetrum oleh Kelana, saya senang melihat penjahat menderita (hehehe) karena itu menegakan prinsip bahwa kejahatan selalu ada karmanya, sebisanya mas har selalu menggambar seorang antagonis besar dalam ekspresi kegilaan setelah dikalahkan oleh Kelana, karena itu memberi saya kepuasan tersendiri – oh ya, untuk karakter BRUTU, saya tidak tahu itu asli atau tidak, tapi kalau misalnya asli, tolong jangan dibuat terlalu komikal, karena itu bisa merusak TONE GELAP yang saya nikmati dikomik ini, boleh ada selipan komedi namun jangan keseringan karena bisa merusak esensi yang ada.

[Art] + [Detail] + [Aksi] 9.6/10
Tiga kategori dalam satu paket – kenapa? karena ketiga kategori ini sangatlah sinkron dan, sebagai murid mas Mice, saya berekspektasi tinggi bahwa mas har akan mengambar dengan sangat detail, apakah ekspektasi saya terpenuhi? tidak, ekspektasi saya tidak terpenuhi, namun TERLAMPAUI, ya saya berekspektasi bahwa mas Har akan mengambar landmark, ekspreksi dan kendaraan dengan detail namun saya tidak menyangka gambar mas har bisa sedetail ini meskipun ia tidak memakai style yang biasa ia pakai, dan saya lebih terkejut lagi melihat betapa smoothnya adegan aksi yang ada, kalau boleh jujur, adegan aksi manga Bleach tidaklah sedetail ini, adeganya terasa biasa dan diperburuk dengan background yang cuman hitam putih, namun tidak dengan mas Har, setiap stunt motor digambarkan dengan nyaris sempurna TANPA mengorbankan detail background, ini adalah salah satu nilai plus yang paling dominan dari komik ini, dan saya harap mas har dan juga mas Franki yang mengkonsepkan adegan bisa KEEP THE GOOD WORK!

[Musik] 7.8/10
Oke, buku memang tidak ada musiknya, yang saya review disini adalah musik “Setan Jalanan” karya Raksasa, saya suka irama dan liriknya yang agak puitis dikit, sangat cocok untuk mengiringi adegan kejar-kejaran dan ensensi komiknya kerasa banget, videonya mungkin terasa kurang realistis, tapi justru cocok dalam membawakan nuansa komiknya, sehingga lagu ini cocok didengarkan sambil membaca komiknya, dan kalau saja lagu ini ada sebelum film comic 8, mungkin lagu ini akan jadi soundtrack di adegan kejar-kejaranya, secara keseluruhan bukanlah lagu yang benar-benar “wah” seperti Bohemian Rhapshody atau Stairway to Heaven, tapi bisa dinikmati sebagai sebuah lagu Indonesia yang berkualitas.

[Apresiasi] 11/10
Ya, anda tidak salah baca dan saya tidak typo, karya ini memang pantas dikasih apresiasi lebih, komik ini telah memecahkan banyak dogma, bahwa mas Har tidak bisa menguasai style baru sebaik ia menguasai style lama, bahwa komik Indonesia selalu inferior apabila dibandingkan komik luar negeri, bahwa seorang anak band tidak dapat merangkai cerita sebaik penulis full time, bahwa 38 ribu tidak cukup untuk mendapatkan sebuah komik yang berkualitas dan bahwa mas har akan selalu berada dibawah bayang-bayang mas Mice – semua dogma itu hancur sehancur hancurnya terutama dogma terakhir, dimana mas har dapat menciptakan komik aksi – sesuatu yang baik mas Benny maupun Mice belum ciptakan sampai sekarang, dan ini benar-benar sesuatu yang patut dibanggakan, again, baik untuk mas Franki dan mas Haryadhi, KEEP THE GOOD WORK

[Overall] 8.9/10
Sebuah gebrakan dalam industri komik Indonesia – namun saya yakin ini bukan puncak dari keberhasilan duet Franki-Gee, saya yakin kalian masih cukup kreatif untuk berimprovisasi pada volume-volume selanjutnya, munculkan karakter-karakter yang lebih variatif (misalnya ada karakter yang beretnis madura, ada antagonis yang punya gadget yang sama canggihnyaa Kelana, ada karakter yang dulunya baik tapi menjadi jahat karena suatu trauma) tingkatkan detail gambarnya (kalau bisa masukan lebih banyak landmark kota), rangkai plost twist yang lebih tajam, masukan refrensi-refrensi dari seri entertaiment Indonesia yang lain (macam Saras 008, sinetron keluarga cemara, dan lagu-lagu naif misalnya) dan tentu saja, sebisanya sertakan pesan moral (entah tentang kriminalitas, pencemaran lingkungan, pemberantasan black campaign dan sebagainya), karena kalo gak ada pesan moralnya itu gak Haryadhi banget

Untuk kedua kreator, tetap berkarya, tetap kritis dan tetap ASOOOY!!!!!