GUE DAN DUNIA KOMIK

Launching KomikNAIF 21 Jan 2011Setiap kali gue hadir di sebuah talkshow atau acara-acara komik lainnya, pasti akan ada saatnya gue harus menghadapi pertanyaan, “Kenapa ngomik, mas?”; dan pertanyaan sejenis lainnya. Mungkin memang beginilah nasib orang yang baru masuk ke dalam sebuah bidang baru, yang sebelumnya belum ia jamah. Lumrah sih.

Dan biasanya gue akan selalu akan menjawab, “Karena saya memang suka komik dan dari kecil pengen sekali bikin komik!”. Sebuah jawaban yang mantap, hehe.

Memang, sejak kecil gue suka membaca komik, dan lama-lama kebiasaan itu berkembang jadi nggak cuma membaca, tapi mengkoleksi komik. Koleksi komik gue nggak melulu komik favorit gue, tapi juga komik-komik lain yang gue anggap worthed untuk dikoleksi. Nggak harus yang limited edition dan mahal-mahal, tapi juga banyak yang murahan, bahkan bekas. Nggak harus komik luar negeri, tapi juga komik lokal kita, baik yang terbitan jaman dulu sampai yang terbaru. Dari komikus legendaris, tenar sampai indie.

Gue suka membaca dan mengkoleksi komik, tapi gue nggak mau disebut sebagai kolektor komik. Passion gue lebih pada proses penggarapan komik itu sendiri. Sejak kecil gue tau kalo gue bisa menggambar dan cukup pandai mengarang cerita, jadi kenapa kedua bakat gue itu nggak digabung aja? Begitu pikir gue saat masih SD. Nah, gimana cara bikin komik? Gimana bikinnya supaya bagus dan enak dibaca? Dan segudang pertanyaan teknis lainnya muncul di benak gue yang saat itu masih kecil. Semua itu yang bikin gue jadi makin gemar untuk baca komik. Semua komik gue lahap, termasuk komik-komik semi bokep di saat gue SMA. Hehehe.. Maklumlaah, anak laki-laki!

Pernah ada masanya gue bikin komik untuk dipamerin ke temen-temen saat SD dulu – ini ternyata menurun ke keponakan gue sekarang – dan ada masanya juga gue bikin naskah yang diproyeksikan untuk dibikin komiknya, tapi nggak jadi-jadi – ini masa SMP. Intinya, ketertarikan gue untuk bikin komik berkembang semakin besar, seiring dengan berkembangnya usia gue juga. Saat kuliah di IKJ – masih perlu dikasih tau kepanjangannya? Hehe – gue makin menggebu-gebu, karena ternyata banyak anak komik di kampus gue. Bahkan ada juga wadahnya. Wah, semakin bersemangatlah gue! Tapi di sisi lain, ada rasa minder juga saat tau bahwa skill menggambar gue yang selama ini gue banggakan dan dibanggakan sama bokap-nyokap gue ternyata nggak ada apa-apanya dibandingkan sama skill temen-temen se-almamater gue. Gambar mereka nggak karuan kerennya! Tapi gue nggak patah arang. Gue terus latihan menggambar, dan terus latihan. Hasilnya? Lumayanlaah.

Tapi beberapa tahun kemudian setelah gue lulus kuliah, barulah gue mengerti, bahwa untuk bikin komik bagus itu nggak harus melulu bergambar indah. Semua garis orang yang bisa menggambar itu bagus, nggak peduli dia bergaya kartun atau realis. Justru tiap garis tangan orang adalah sebuah ciri khas dari si penggambar tersebut. Yang paling penting dalam bikin komik adalah bagaimana cara kita untuk mengintepretasikan sebuah cerita – baik yang ada di dalam kepala, maupun yang udah jadi dalam sebuah naskah – ke dalam visual berpanel yang bisa berkomunikasi dengan baik. Memang, komik bergambar bagus udah pasti menarik untuk diliat dan dibeli, tapi penilaian garis gambar itu sangat relatif. Sungguh nggak fair, menurut gue, saat kita menilai sebuah komik berdasarkan dari bagus nggaknya gambar itu. Kita butuh membaca satu buku penuh, barulah bisa menilai. Semua ilmu itu gue dapet di bangku kuliah gue – gue dulu ambil kelas Disain Grafis – dan saat gue kerja sebagai visual artist untuk iklan-iklan TV.

Di NAIF, yang suka sama komik itu gue dan David. Cuma mungkin ketertarikan untuk terjun ke dalam bidang itu aja yang membedakan antara gue dengan dia. David juga pernah bikin komik bareng Lembu (Clubeighties) saat jaman kuliah (di kampus yang sama dengan gue). Judul komiknya: Komik Savalas. Untuk anak-anak IKJ, Komik Savalas ini tergolong legend. Yang bikin menarik adalah konsep dari Komik Savalas itu sendiri. Konsepnya simple, cuma beberapa komik strip humor satu halaman yang dikumpulkan jadi sebuah buku, terus dicetak dengan metode sederhana pula: fotokopi. Baru deh disebarin. Hehe. Cuma memang, gaya canda dalam Komik Savalas akan terasa sangat lokal untuk orang umum. Karena memang basicly David dan Lembu cuma mengangkat gaya bercanda mereka dan anak-anak IKJ aja. Tapi untuk sebuah karya seni, bolehlah Komik Savalas ini kita acungi jempol. Bahkan layak untuk dikoleksi. Sayangnya, Komik Savalas punya gue hilang. Pengen banget punya lagi.

Launching KomikNAIF 21 Jan 2011Gue sendiri, baru bisa menerbitkan komik gue sendiri tahun 2010 kemarin.. Yaa KomikNAIF itu (serial Petualangan NAIF Dan Mesin Waktu). Dalam proyek ini pun, banyak lagi hal yang gue pelajari dalam membuat komik. Terutama saat komik kita diset untuk masuk ke dalam sebuah industri. Hal yang menarik untuk kita belum tentu menarik untuk orang lain, dan kita nggak boleh tutup kuping sama komentar orang terhadap karya kita. Kita bikin karya untuk dinikmati orang lain, jadi masukan dari mereka justru harus kita denger demi kemajuan karya kita di masa mendatang. Setiap seri KomikNAIF adalah pembelajaran untuk gue. Jadi, jangan kira kalo komiknya udah terbit dan beredar, gue udah senang-senang aja. Belum tentu! Justru perjalanan akan sebuah petualangan itu baru dimulai.

Acara Launching KomikNAIF #3: Menjelajah Dimensi Cinta yang berlangsung di CityWalk Sudirman kemarin adalah sebuah usaha gue untuk kembali mensosialisasikan KomikNAIF lantaran jarak antara seri kedua dengan ketiganya sangat jauh. Promosi, adalah bentuk pensosialisasian bagi sebuah produk dalam sebuah industri. Semua produk butuh promosi, termasuk komik. Promosi nggak harus gede-gedean, dan nggak harus ditargetkan untuk jadi gede. Cukup orang tau aja, itu sebenernya udah cukup. Apakah orang nanti akan beli produk kita atau nggak, itu tergantung dari kualitas produk itu sendiri. Mulut adalah promo tool yang paling benar, menurut gue.

“Apakah KomikNAIF ini adalah jembatan bagi mas Pepeng untuk terjun ke dunia buku – terutama komik – secara utuh?”

Biasanya itu adalah pertanyaan penutup sesi talkshow yang gue sering hadapi juga. Jawabannya?Big yes!

Seperti yang gue bilang di atas tadi, bahwa membuat komik adalah passion besar gue sejak kecil, dan saat ini gue sedang berusaha menjalankannya. KomikNAIF adalah sebuah awal perjalanan gue di dunia industri buku. Bedanya, gue kini nggak lagi harus menjadi seorang illustrator dalam karya komik gue. Kini gue lebih dalam menjelajahi dunia penulisan, sebagai penulis cerita komik. Bukan berarti gue nggak akan menggambar komik sendiri lho. Mungkin aja nanti… Yang pasti nggak sekarang. Satu persatu aja dijalani. Gue juga masih butuh banyak belajar dari para komikus yang udah lama terjun di dalam bidangnya.

Gue percaya bahwa dalam kehidupan kita pasti akan ada hal baru di dalamnya. Dan inilah dunia baru gue. Awal dari petualangan gue sendiri di bidang ini. Bismillahirrahmaanirrahiim.

 

Jakarta, 26 Januari 2011
Franki Indrasmoro

 

Terima kasih kepada Beng Rahadian dan Akademi Samali, yang dalam 2 tahun berturut-turut ini memasukkan konten KomikNAIF dalam acara Indonesian Comic Fair bersama CityWalk Sudirman. Juga terima kasih kepada penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang telah memberi kesempatan kepada KomikNAIF untuk dibaca banyak orang, dan kepada Injun & RumahWarna yang banyak membantu produksi KomikNAIF.

Launching KomikNAIF 21 Jan 2011launching KomikNAIF 21 Jan 2011