ExperTalk di IKJ, Sebuah Pengalaman Baru

Tanggal 25 Juni lalu gue baru saja mendapat pengalaman baru yang berharga banget buat gue.

Jadi ceritanya begini. Seorang kawan lama di kampus IKJ — yang dulunya juga asisten dosen (asdos) yang pernah mengajar gue — mengajak gue untuk jadi dosen tamu — atau sebutlah: pembicara — untuk sebuah kegiatan di kelas Illustrasi jurusan Disain Komunikasi Visual (DKV), yang bernama ExperTalk.
ExperTalk ini adalah program baru di kelas itu. Konsepnya adalah sebuah ajang sharing ilmu dan bertukar pikiran. Narasumbernya adalah seorang tokoh/seniman/pelaku industri kreatif yang berbasis illustrasi. Sebisa mungkin ia adalah juga public figure alias orang terkenal. Biar mudah jalannnya, dimulailah dari alumnus IKJ.
Menurut gue, ini adalah cara jitu untuk menambah minat mahasiswa terhadap bidang yang ia tekuni. Hal semacam ini bisa jadi sebuah metode belajar-mengajar yang nggak membosankan.

Nah, singkat cerita, gue akhirnya jadilah menerima tawaran bang Saut Irianto Manik, kawan lama sekaligus mantan asdos gue tadi itu. Sayangnya, panggung gue bareng NAIF dan beberapa pekerjaan gue lainnya begitu padat menjelang Hari H kelas ExperTalk. Membuat gue nggak sempat untuk menyusun materi presentasi gue.

Jujur, awalnya gue nggak pede banget melakukan ini. Gimana bisa pede? Wong prestasi gue dalam bidang illustrasi sangat biasa aja. Gue bukan illustrator handal, gue belum jadi seorang seniman yang dianggap sukses oleh banyak orang, dan bahkan di beberapa karya komik gue yang telah terbit bukanlah hasil goresan tangan gue. Gue lebih banyak berkecimpung di dunia illustrasi sebagai seorang konseptor, creator, creative director, dan penulis.
Tapi atas pencerahan dari beberapa kawan, keluarga dan istri tercinta, gue akhirnya bisa berpikir jernih, bahwa: hey, gue mungkin bukan artist yang bagus gambarnya, dan belum menjadi seorang enterpreneur terkenal, tapi gue terbilang sukses dalam berkarya. Karena sukses nggak melulu dihitung dengan kapital. Gue alhamdulillaah adalah seorang penulis lagu dan musisi yang mapan di bidangnya, yang juga berhasil mewujudkan mimpi masa kecil gue pengen menerbitkan komik karya gue sendiri. Itu sebuah achievement, kan? Sebuah pencapaian. Dan kata lain dari sebuah pencapaian adalah kesuksesan.
Berdasarkan pemikiran itulah gue akhirnya jadi percaya diri.

H min 1, gue siapkan semua materi “mengajar” dadakan ini. Gue harus persiapkan matang apa aja yang perlu gue tunjukkan ke para mahasiswa DKV IKJ ini. Jangan anggap remeh. Gue tau banget, semua mahasiswa IKJ adalah seniman yang kritis dan handal. Sementara pengalaman kayak begini baru pertama kalinya buat gue.

Hari H datang juga. Semula gue agak kalut akibat macetnya jalanan Jakarta yang bikin gue cukup terlambat datang ke kelas. Tapi untunglah mereka semua yang di kelas mau bersabar menunggu.
Begitu nyampe dan sedikit hai-hai sama Saut dan beberapa wajah di Fakultas Seni Rupa yang gue udah lama nggak lihat, dimulailah kelas ExperTalk.

Terasa canggung dan penuh kekhawatiran, itulah yang gue rasakan selama di depan sekitar dua puluhan orang di dalam kelas itu. Rasanya sangat beda dengan saat gue manggung di depan ribuan manusia. Dan beda pula rasanya dengan ketika gue mempresentasikan karya-karya gue selama beberapa kali acara launching komik dan produk gue lainnya.
Yang ini terasa banget semua mata menatap gue. Dan semua diam mendengarkan semua kata-kata yang terlontar dari mulut gue.
Gugup? Nggak. Gue nggak gugup. Cuma, pada dasarnya gue bukan pembicara yang baik. Gue lebih nyaman mengutarakan sesuatu melalui tulisan daripada ngomong. Gue khawatir omongan gue di depan kelas itu ngebosenin, dan yang terjadi selanjutnya gue malah jadi ngomongnya kecepetan, dan mungkin jadi kurang terarah dan kurang jelas. Gue ngerasain banget itu. Tapi syukurlah semua kalimat gue masih bisa dimengerti.

Yang gue presentasikan adalah berbagai sepak terjang gue di dunia illustrasi. Berawal dari tugas-tugas kuliah dulu, pekerjaan gue sebagai tukang gambar freelance di majalah Hai, profesi storyboard artist gue di dunia periklanan, disain-disain cover album NAIF yang pernah gue bikin, dan lain-lain sampai akhirnya berujung di karir gue dalam dunia perkomikan.
Yang gue mau sampaikan ke mereka para mahasiswa itu adalah betapa pentingnya kita wujudkan mimpi kita, dan setiap usaha menentukan arah hidup kita.

Usai presentasi, tibalah sesi tanya-jawab. Yang mencengangkan gue, cukup banyak yang antusias bertanya, memberi opini, bahkan mengkritik gue. Bukti bahwa mereka nggak cuma mendengarkan gue, tapi juga menyimak. Respect dan salut banget!

Setelah sesi tanya-jawab selesai dan semua (mau nggak mau harus) terpuaskan dengan jawaban gue (hehe…), selesai pula kelas ExperTalk yang gue hadiri.

Terima kasih semua mahasiswa yang sudah ikut kelas ExperTalk bersama gue, dan terima kasih Saut atas kesempatannya bagi gue untuk sharing dan menerima banyak masukan dari kawan-kawan mahasiswa.

Sukses untuk semua.










[Foto: Ehwan Kurniawan, via Facebook]